Langsung ke konten utama

Kenali gejala HIV AIDS sebelum terlambat

Oleh : Andika Wahyu Satrio


HIV dan AIDS merupakan dua kata yang memiliki makna yang berbeda. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang  memperlemah kekebalan pada tubuh manusia yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Sedangkan AIDS (aquaired immunodeficiency syndrome) adalah kondisi dimana perjalanan penyakit HIV sudah lanjut di mana kekebalan tubuh pasien sudah sangat turun sehingga pasien rentan mengalami berbagai macam penyakit lainnya.
            Walaupun Indonesia bukanlah negara dengan jumlah persentase pengidap HIV/AIDS terbanyak di dunia. Namun HIV/AIDS merupakan permasalahan kesehatan yang cukup menyulitkan negara ini. Berdasarkan data dari kementrian kesehatan jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Juni 2018 sebanyak 301.959 jiwa (47% dari estimasi ODHA jumlah orang dengan HIV AIDS tahun 2018 sebanyak 640.443 jiwa) dan paling banyak ditemukan di kelompok umur 25-49 tahun dan 20-24 tahun. Adapun provinsi dengan jumlah infeksi HIV tertinggi adalah DKI Jakarta (55.099), diikuti Jawa Timur (43.399), Jawa Barat (31.293), Papua (30.699), dan Jawa Tengah (24.757).
            Jumlah kasus HIV yang dilaporkan terus meningkat setiap tahun, sementara jumlah AIDS relatif stabil. Hal ini menunjukkan keberhasilan bahwa semakin banyak orang dengan HIV /AIDS (ODHA) yang diketahui statusnya saat masih dalam fase terinfeksi (HIV positif) dan belum masuk dalam stadium AIDS.
            HIV/AIDS mungkin merupakan sebuah penyakit serius yang di takuti banyak orang. Karena hingga saat ini, belum ada obat penawar HIV AIDS. Pengobatan antiretroviral yang tersedia hanya bisa membantu menekan perkembangan penyakitnya, mencegah risiko penularan, dan mengurangi risiko kematian akibat komplikasi HIV/AIDS secara drastis. Obat HIV hanya dapat membantu pasien untuk hidup lebih sehat dan normal. Namun untuk bisa mencapai semua target ini, obat retroviral harus tetap diminum rutin seumur hidup oleh pasien tersebut.
            Hal itulah yang mungkin membuat banyak masyarakat beranggapan bahwa HIV/AIDS adalah hukuman mati terhadap orang-orang yang selama hidupnya melkukan tindakan-tindakan yang beresiko menimbulkan HIV/AIDS. Dan menjauhi ODHA dalam lingkungan masyarakat karena takut tertular oleh penyakit yang berbahaya ini. Karena HIV/AIDS masih dianggap negatif oleh banyak orang.
            Melihat data diatas tadi, membuat banyak orang menjadi takut terhadap penyakit tersebut, bahkan masih banyak orang di Indonesia yang menganggap ODHA adalah orang yang berbahaya untuk di dekati apalagi diajak untuk bergaul. Namun sebenarnya itu tidak benar. Beragam penelitian membuktikan bahwa HIV tidak disebarkan melalui sentuhan, air mata, keringat, atau pertukaran savila (air liur).

            Pada prinsipnya, HIV itu menyerang sel sistem kekebalan tubuh yang disebut CD4 / helper T cell. Helper T cell merupakan sel yang terdapat di kulit lapisan dalam. Artinya, untuk mencapai helper T cell, virus HIV membutuhkan jalur masuk kulit dengan cukup dalam, misalnya melalui luka. Setelah berhasil masuk, HIV menempel pada sel helper T cell lalu bisa menggandakan diri. Saat proses penggandaan diri ini berlangsung, sel helper T cell dirusak oleh HIV dan sel helper T cell dibuat tidak efektif untuk memerangi infeksi. Ketika proses ini berlanjut, kekebalan tubuh orang yang terserang virus HIV akan semakin menurun dan menjadi rentan terhadap infeksi-infeksi lain hingga sampai pada fase AIDS.
            karena virus HIV ini bersarang pada helper T cell, otomatis HIV ini akan bersarang di tempat helper T cell itu berada. Contohnya, darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu. Artinya, HIV tidak ditemukan dalam air liur, air kencing, feses, keringat, dan air mata. Kenapa tidak ditemukan? karena di cairan-cairan tersebut tidak terdapat sel helper T cell.
            Penyakit ini dapat menular melalui banyak hal seperti; hubungan seksual yang tidak aman, berbagi penggunaan dan pemakaian jarum suntik yang tidak steril, menerima darah dari pengidap HIV/AIDS, ibu yang seorang ODHA yang menyusui anaknya.
            Sesungguhnya sikap masyarakat dengan menjauhi atau mengasingkan ODHA dari lingkungan masyrakat bukanlah hal yang membantu pasien HIV/AIDS untuk bertahan hidup dan melawan penyakitnya tersebut. Namun malah membuat ODHA malah terbebani secara psikologis dan merasa depresi terhadap kehidupan yang akan dijalaninya kedepan.
            Tidak semua ODHA mendapatkan penyakit ini dikarenakan oleh perbuatannya sendiri. Seperti yang di sampaikan di atas penyebaran HIV/AIDS sendiri cukup beragam. Terkadang ada beberapa penderita HIV/AIDS yang baru menyadari penyakitnya ini setelah bertahun tahun dan bahkan ada juga yang tidak menyadari sama sekali bahwa dirinya ternyata mengidap penyakit yang cukup mematikan ini.
            Penderita HIV/AIDS bukanlah teroris yang dapat membahayakan diri kita, selagi kita mengetahui cara untuk mencegah dan bergaul dengan penderita HIV/AIDS maka kita tidak akan tertular penyakit mematikan tersebut. Karena penyakit tersebut menular apabila kita melakukan hal-hal yang disebutkan diatas.


            Oleh karena itu kita sebagai makhluk sosial tidak lantas menjauhi atau bahkan mengasingkan para penderita HIV dari lingkungan masyarakat. Alangkah baiknya kita sebagai manusia membantu orang yang menderita HIV/AIDS ini untuk tetap semangat dalam menjalani kehidupannya. Dan meyakinkan pasien HIV/AIDS untuk tetap optimis untuk melawan penyakitnya tersebut.
            Selain obat untuk menekan perkembangan virus, ODHA juga memerlukan sikap diperlakukan yang sama oleh orang lain terlebih lagi orang-orang terdekatnya. Karena hal ini juga dapat membantu para pengidap HIV/AIDS untuk hidup lebih lama. Karena dengan kita memberikan sikap mendukung keberlangsungan hidup mereka seperti itu maka ODHA tidak akan terganggu mental dan psikologisnya akibat menderita penyakit HIV/AIDS
            Cara yang efektif menurut para dokter untuk mendukung  ODHA hidup lebih lama dengan cara membiarkan mereka untuk aktif terlibat dalam rutinitas biasa yang dilakukkannya seperti layaknya ketika mereka sehat. Dengan membiarkan mereka beraktivitas seperti biasanya secara tidak langsung mereka merasa bahwa mereka masih dihargai keberadaannya oleh kita.
            Namun apabila kita membatasi gerak mereka dalam beraktivitas maka mereka akan merasa bahwa mereka memberikan baban hidup kepada orang lain, dan mereka akan beranggapan bahwa kehidupan yang akan mereka akan jalani kedepannya hanya akan menyusahkan orang lain dan tidak ada gunanya bagi mereka.
            Memberikan semangat kepada para penderita HIV/AIDS untuk melakukan aktivitas di luar merupakan cara yang efektif juga menurut para dokter. Tidak ada manfaatnya untuk menjaga pasien dengan HIV di tempat tidur. Mereka perlu pergi keluar dan bergabung dengan komunitas. Hal ini dapat membantu mereka agar tidak merasa terisolasi atau sendirian. Banyak aktivitas sosial yang tersedia dan cocok untuk orang dengan HIV. Ajaklah orang yang menderita HIV pergi ke teater, ke rumah teman atau berjalan-jalan yang dapat memberikan mereka semangat saat mood sedang turun.
            Selalu ajak mereka berbicara merupakan hal yang cukup membantu menurut para dokter dalam mendukung keberlangsungan hidup para pasien HIV/AIDS. Beri tahu mereka bahwa kita adalah orang yang akan selalu berada di sisi mereka untuk mendengarkan keluh kesah dan segala perasaan mereka. Ingatlah bahwa pasien HIV seringkali kesulitan untuk membuka diri dan berbicara tentang penyakit mereka. Maka dari itu, Anda harus menciptakan suasana yang membuat mereka merasa nyaman untuk berbicara. Terbukalah dan dekati mereka. Mendukung mood dan kesehatan fisik juga diperlukan untuk memperbaiki kondisi mereka.
            Berdasarkan pembahasan diatas sesungguhnya pasien HIV/AIDS bukanlah orang yang berabahaya untuk di ajak bergaul. Namun karena stigma masyarakat yang menganggap para HIV/AIDS merupakan hal negative maka para ODHA tidak jarang banyak dijauhi bahkan diasingkan di dalam lingkungan masyarakat.
            Oleh karena itu kita sebagai makhluk sosial alangkah baiknya membantu mereka untuk keluar dari keterpurukan yang mereka alami setelah divonis terserang HIV/AIDS, bukan malah menjauhi atau bahkan menganggap mereka tidak ada disekitar kita. Karena dengan kita menjauhi mereka maka mereka akan merasa bahwa mereka tidak ada gunanya lagi untuk melanjutkan kehidupannya di hari yang akan datang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menilik Kelebihan dan Kekurangan iPhone Terbaru Bagi Mahasiswa

Oleh: Andika Wahyu Satrio Tanggal 12 september lalu Apple merilis tiga iPhone terbaru buatannya yaitu iPhone XS, iPhone XS Max dan iPhone XR. Seperti yang diketahui banyak orang smartphone yang berlogokan apel tergigit ini merupakan smartphone dengan kualitas premium dan selalu ditunggu tunggu setiap perilisan produk terbarunya. Tak terlebih lagi oleh para mahasisiwa yang saat ini kebanyakan adalah kaum milenia yang juga merupakan user smartphone tersebut.             Namun melihat spesifikasi dan fitur yang ditawarkan oleh apple, apakah produk terbaru mereka cocok dan pas jika di pakai oleh mahasiswa untuk menunjang kebuthan mereka? Berikut ini kita akan membahasnya. Rilis di Indonesia yang lama Melihat waktu perilisan iPhone X pada tahun lalu di Indonesia, kemungkinan besar tiga iPhone terbaru yakni iPhone XS, iPhone XS Max dan iPhone XR tidak akan dirilis pada perilisana perdana. Ditambah lagi karena Indone...

Bahaya Rumah Sakit Bagi Buah Hati Anda

Oleh: Andika Wahyu Satrio Sering terlihat di beberapa rumah sakit ada aturan untuk melarang anak-anak dibawah di bawah usia 12 tahun untuk ikut masuk kedalam ruang rawat inap pasien yang sadang dirawat. Peraturan ini terkadang cukup menyulitkan bagi para orang tua yang terpaksa membawa buah hatinya ke rumah sakit. Namun sebenarnya peraturan ini bukan tanpa alasan, namun aturan ini dibuat agar buah hati anda tidak terganggu kesehatan dan masa pertumbuhannya. Pasti anda bertanya, kenapa sebenarnya rumah sakit melarang anak-anak untuk ikut membesuk di rumah sakit? Pada dasarnya rumah sakit bukan lah tempat yang baik bagi anak-anak. Karena rumah sakit dapat menyebabkan anak-anak tereserang beberepa penyakit yang di tularkan melalui virus. Seperti yang kita ketahui bahwa anak-anak dibawah umur 12 tahun memiliki sistem daya tahan tubuh yang masih belum kuat untuk menangkal berbagai macam virus dan infeksi yang menyerang tubuhnya dibandingkan orang dewasa.   Sedangkan ruma...

Kesulitan menjadi seorang Student Athlete

Oleh : Andika Wahyu Satrio Mahasiswa adalah sebuah status yang mengharuskan seseorang untuk memiliki tingkat intelektual yang tinggi serta memiliki skil dan kemampuan yang dapat menjadi penunjang kehidupannya. Dalam kata lain mahasiswa tidak hanya melulu belajar tentang teori di kampus namun mahasiswa harus dapat menerapkan dan mencari ilmu baru di luar kampus.       Seorang mahasiswa harus dapat membagi dan mengatur waktunya. Karena seorang mahasiswa tidak hanya selalu di sibukkan dengan hal-hal terkait belajar. Namun mahasiswa juga disibukkan dengan hal-hal yang berada di luar kampus yang menunjang kehidupan seorang mahasiswa itu sendiri.      Hal itu aku rasakan sendiri ketika aku mulai mengalami kesulitan dalam hal membagi waktu antara kuliah dan kegiatan ku bermain basket. Aku bukanlah seorang atlet basket profesional dan aku juga tidak memiliki cita-cita untuk menjadi seorang atlet. Karena ayah ku pernah berkata. Kehidupan se...